Nitapleat
Awesome
(Tentang
rangkaian pesta famili Unit Arnoldus-Nitapleat)
Layaknya kebanyakan orang merayakan hari jadi (apapun temanya), unit St.
Arnoldus Nitapleat tidak menafikan kemungkinan untuk merayakan hari jadi rumah
mereka. Sejatinya, hari jadi unit Nitapleat jatuh tempo pada tanggal 15
Januari. Karena sederetan alasan yang cukup penting, akhirnya diputuskan bahwa
perayaan tersebut dirayakan pada tanggal 20 Januari. Demikian, hal ini terjadi
tahun ini. Bukan tanpa alasan. Kata banyak sejarahwan, merawat tradisi itu
semacam salah satu bentuk lain dari keyakinan. Mengingkarinya berarti
mengabaikan rentetan berkat yang pernah diperoleh. Persis ketika bung Karno
dengan berapi-api berkata, “Jas Merah!”
Lebih jauh, pesta keluarga atau pesta famili (pesfam) kali ini dimulai
kira-kira dua minggu sebelum jatuh tempo perayaan puncak. Berdasarkan penuturan
anggota unit, waktu dua minggu antara pembukaan pesfam sampai hari puncak diisi
dengan pelbagai kegiatan rekreatif nan unik yang melibatkan seluruh anggota unit.
Kegiatan rekreatif dimaksud antara lain pertandingan futsal, catur, kartu
poker, Arnoldus’ Got Talent (AGT) dan pesta puncak. Barangkali akan ada yang
bertanya, “mengapa nan unik?” Untuk dapat memahami lebih jauh, sebaiknya
langsung datang saja ke unit Nitapleat.
Lebih jauh, mari menyimak masing-masing kegiatan yang tentunya mengundang
decak, entah kagum atau apa yang lain:
Bahwa seluruh perayaan menjadi tidak mungkin untuk sekaligus ditumpukkan
pada satu hari saja, maka dua minggu sebelum momen istimewah itu terjadi,
dibuat semacam pencanangan bahwa rangkaian acara pesta keluarga segera dimulai.
Pencanangan ini ditandai dengan apel pembukaan yang dibuat di lapangan futsal
unit Nitapleat. Hadir sebagai pembina upacara, P. Kanis Bhila, SVD dengan
seluruh pembawaannya yang sangat meyakinkan. Sementara itu, pemimpin upacara
dan seluruh ‘pasukan’ tidak lain adalah para frater yang tinggal di unit
tercinta ini.
Rangkaian apel pembukaan dibuat sebagaimana terjadi pada setiap hari senin
di lapangan sekolah. Hanya memang terdapat banyak dinamika upacara yang
ditambahkan ataupun dikurangi dari yang semestinya terjadi. Sebagai misal,
terdapat penambahan yakni janji wasit dan janji atlet yang cukup kocak.
Bagaimana tidak. Bayangkan, isi janji wasit saja berbunyi demikian, “menjunjung
tinggi aturan yang diberikan FIFA dan Federasi Sepakbola Nitapleat dengan
mengedepankan cita rasa persaudaraan, kebaikan, kebenaran dan pasca kebenaran”.
Untung saja tidak ada poin tentang pasca strukturalis. Atau bunyi janji atlet,
“sungguh-sungguh menghidupi rasa cinta persaudaraan antarpemain dengan adil dan
damai demi keutuhan ciptaan”. Woww, I’m speechless.......
Kegiatan yang paling mengundang atensi publik olahraga adalah pertandingan
futsal. Untuk diketahui, seluruh anggota unit dibagi dalam empat kelompok yakni
kelompok Juventus, MU, Real Madrid dan Bayer Munchen. Kegiatan ini berlangsung
cukup seru dengan dasar bahwa hampir semua anggota unit menyukai olahraga yang
satu ini. Selain selalu berhasil memeras keringat, futsal juga merupakan
olahraga yang cukup sederahan. Berbekal sebuah bola dan sebidang tanah lapang
beralas semen, tanpa sepatupun pertandingan akan bisa berlangsung. Jatuh bangun
tak bdapat terelakan lagi. Benturan demi benturan jelas bukan hal baru. Toh,
kaki para misionaris memang ditakdirkan untuk selalu dibentur.
Memang catur hanya akan dimainkan oleh dua orang dari kelompok berbeda.
Namun ada nilai tersembunyi yang mencuat
di sana. Bahu para pemain walaupun kelihatan kosong sebenarnya memikul begitu
banyak beban. Beban yang paling berat adalah nama kelompok yang menyimpan lebih
banyak nama anggota kelompok.
Bersama pertandingan catur, pertandingan kartu poker dimainkan pada malam
hari. Melibatkan masing-masing tiga orang utusan, pertandingan ini berlangsung
cukup lama dan mendebarkan. Hasil seri yang terjadi berulang-ulang bukan melulu
karena kebetulan atau kualitas para pemain yang kurang mumpuni. Justru, hasil
seri tersebut merupakan representasi dari adu taktik yang boleh jadi hanya
dimiliki oleh orang-orang yang memiliki naluri matematis dan pemikiran yang
tajam. Itulah yang sesungguhnya terjadi.
Membandingkan
Arnoldus’ Got Talent (AGT) dengan America’s Got talent jelas merupakan
keputusan yang keliru. Tapi jangan salah dulu. Merujuk pada aktivitas
bernyanyi, AGT merupakan ajang pencarian bakat paling populer yang ada di seluruh
KBG Nitapleat. Kegiatan yang paling banyak menyita atensi publik selama pesfam
ini menyajikan empat kontestan yang masing-masing didelegasikan oleh empat
kelompok berbeda. Sebut saja Nelis dengan lagu Jangan Pernah Berkata Benci, Dersen dengan lagu yang sempat menjadi
top chart di youtube, Karna Su Sayang, Ello dengan lagu All I Want dari Kodaline dan Serko dengan tembang manis Jangan Salah Menilaiku (sebagai catatan,
setiap peserta membawakan dua lagu yakni satu lagu wajib, Diana, dan satu lagu
pilihan yang ditentukan masing-masing). Bertindak sebagai dewan juri pada malam
AGT tersebut yakni Fr. Ius Boruk, Fr. Purnomo Soleh dan Fr. Kanser. Pada akhirnya,
Ello dari kelompok Juventus berhasil keluar sebagai juara mengalahkan para
kontestan dari kelompok lain.
Penonton yang
sempat hadir di kamar makan pada malam itu umumnya sangat terhibur. Selain
karena tata panggung, dekorasi, video profil dan penampilan yang memukau,
penonton juga disuguhi snack
istimewah a la chef kenamaan Nitapleat,
Eman dan Jack.
Layaknya
hajatan yang sering menghiasi lorong-lorong kota Maumere, acara puncak bertajuk
pesta unit dan pesta ulang tahun ini berjalan cukup meriah. Dihadiri oleh
sekian banyak orang, rumah Nitapleat tak ubahnya tenda pernikahan yang
halamannya dijejali banyak kendaraan. Sebut saja tamu dari Detung, keluarga
dari Maumere, Susteran Scalabrinian, anggota KBG Nitapleat, anggota unit lain
dan masih banyak lagi. Atmosfer demikian memang jarang terjadi di sini. Karena
itu, tidak heran kalau rumah Nitapleat malam itu bak pesta kondangan yang
orang-orangnya sangat bahagia.
Seluruh
rangkaian acara pun berlangsung dengan sangat teratur. Mulai dari persiapan
konsumsi, sound system, pembawa
acara, pengisi acara dan lain-lain. Yang cukup heboh adalah ketika keluarga
dari Detung berkesempatan untuk membawakan musik kampung dengan properti
tradisional yang cukup artistik. Pun ketika secara mengejutkan, para suster
Scalabrinian membawakan kue ulang tahun untuk Yubilaris sekaligus
mempersembahkan mata acara khusus yakni dance.
Yang pasti bahwa tidak ada yang menyangka pesta puncak ini berlangsung amat
meriah. Sebab sebagai penutup, kita mesti bahagia, bukan?
Salam banyak dari rumah penuh rindu, Arnoldus-Nitapleat.....
sie doc.
Saya like full
ReplyDeleteSiip.... #Uma Kopi
Delete