"Saya kira, udara sudah agak pengap. Jika tak direfresh, cepat atau lambat, akan ada semacam keretakan spirit dalam berlangkah". Begitulah yang ditangkap semua anggota unit tatkala Tuan Fredy melempar ide. Laiknya pengantin pria menunggu pengantin wanita, tanpa ragu-ragu, ide ini disahut secara merdu oleh para anggota unit. Kita punya kesempatan tuk berbuai pada malam di taman. Harapnya, tak terlalu pekat tuk dibilang temaram. Sebab tak ada malam yang selalu tak temaram di sini, yang sudah pasti saling menanti waktu berprolog dan berepilog.
Adalah seorang pemuda perkasa, sebut saja seseorang, kalau berurusan dengan peristiwa-peristiwa terencana seperti ini, hal pertama yang akan senantiasa diungkapkannya ialah perihal kesiapsediaan untuk membantu. Apapun pekerjaan itu, ia akan menerimanya dengan begitu bening. Sehingga tak heran kalau dirinya akan lebih diakrabi melalui bakar-membakar. Bakar dan pembakaran bukan soal siapa yang pandai merayu api, tapi siapa yang padanya punya kesempatan untuk mudah melahap dan dilahap api.
|
Fr. Rendy Max percaya kalau tugasnya ini tidak jauh berbeda dengan tugas para petugas kremasi yang sedang melakukan pembakaran. Bedanya, ikan baper a la Rendy tidak akan menjadi abu kremasi. |
Bayangkan saja, sebuah acara sederhana seperti ini dipersiapkan selengkap mungkin; dari koreografi tempatnya, hingga, tak terlupakan, suasana romantisme khas Arnoldian. Hal inilah yang membuat banyak orang yang datang berkunjung pada tempat ini merasa betah, sebab, tidak saja tertambat oleh keasrian suasananya, tapi juga terpikat oleh penghuni-penghuninya yang humanis, juga manis.....
|
Selalu ada kamu jauh melewati horizon tatapanku ini... |
|
Hijau. Mungkin kau akan tak ragu saat kau dan semua menikmati manisnya hijau penutup atapku: Itu ada pepohonan, juga ada senyum yang buat kau memohon. |
|
Looking at yours, soundless....! |
Ternyata persiapan selalu punya kemenangannya tersendiri. Itu dirasakan saat malam yang tidak begitu temaram, malam di taman. Ada lampu-lampu yang, dalam keremangannya, selalu tersenyum agar udara yang pengap itu bisa terusir, dan kembali segar. Tak lagi sesak.
Bagi kebanyakan orang yang pernah berkunjung, atau sekedar berpelesir ke tempat ini, kesannya pasti selalu sama, "Tak ada loka lain yang menyerupai vista di tempat ini. Satu-satunya cendera mata yang pasti akan dibawa adalah kenangan akan suasana yang masyuk". Lihat saja, para pelancong akan terus berujar, 'Kapan akan bertetitah lagi di tempat ini'.
Malam memang tak lengkap kalau tak ditemani bebunyian yang menyayat jiwa (siapa saja), musik. Memang benar, tak perlu diragukan lagi untuk membuat malam di taman tak sesedih malam-malam tanpa ornamen-ornamen, butuh bebunyian yang memanjakan jiwa. Bernyanyi, tertawa, serentak memainkan snar-snar gitar yang gatal tuk dipetik oleh jari-jari para maestro.
|
Bukan hanya bernyanyi dan bermain gitar. Masih ada satu lagi, yaitu bergaya di depan kamera. Ada yang bilang kalau lebih baik bergaya di depan kamera, daripada hanya bergaya di depan cermin. |
Persiapan selalu punya kemenangannya tersendiri.
Ada sebuah meja yang tertata rapi, tepat di bagian yang dinamakan tengah-tengah taman, sebuah meja yang berhiaskan lilin-lilin yang tertata apik dalam busana-busana asfar. Ada juga dedauanan wangsa plantae, lebih dikenal sebagai pinang hias yang menjulang tinggi. Mereka menjadi para penari yang menghiasi meja perjamuan malam di taman. Kesemuanya sungguh-sungguh ranum, dan begitu bernas serentak melahirkan model decresendo emosi. Dalam istilahnya Fr. Serko, hal serupa dinamakan saat-saat 'bikin baper'.
EPILOG TANPA PROLOG
|
Ja'i Api Lepe.....
Awas o.. jangan terlalu miring, nanti encok.. |
|
Selalu berakhir dengan duduk dan berdiskursus |
No comments:
Post a Comment