Heran yang Futuristis
HERAN Model kafe futuristis. Sumber: Cafe Jalan Braga Peracik: Vincent Wedjo Filippo…
Beranda Nitapleat; menuju kabar dan informasi tentang rumah Nitapleat (surga tempat mata air akan membasuh air matamu). Salam dari kami semua.
HERAN Model kafe futuristis. Sumber: Cafe Jalan Braga Peracik: Vincent Wedjo Filippo…
Sungguh
Tuhan tak sekejam laki-laki, bukan?
(Oleh : Chan Setu,SVD)
Di kamar, ia merasakan ada yang
mengintainya. Dekat dengannya. Ini malam keempat sejak hari senin kemarin, ia
merasakan ada bayangan mata yang mengintainya begitu dekat.
"Malam itu, Antonella meyakinkan
dirinya bahwa pintu kamarnya telah ia kunci. Kain gorden dan jendela kamarnya
sudah rapat ia tutup dan tak ada celah bagi siapa pun untuk mengintainya,
sekalipun itu nyamuk", batinnya.
Usai membaca sebuah novel karya Ahmad
Tohari, Antonella lekas-lekas membereskan meja belajarnya. Matanya yang mulai
kantuk membuatnya untuk segera terlelap. Seperti biasa, Antonella sudah dididik
oleh orangtuanya agar mencuci kaki dan tangan terlebih dahulu sebelum tidur.
Di atas tempat tidur ia memperhatikan
sekeliling kamarnya tak ada yang mencurigakan. Pintu kamar sudah ia kunci.
Jendela dan gordennya sudah ia tutup rapat-rapat. Lampu kamar juga sudah ia
padamkan.
"Tuhan, terima kasih untuk seluruh
cinta dan kasih yang telah Engkau berikan kepadaku sepanjang hari ini. Untuk
semua pengalaman yang kudapatkan. Untuk semua kasih-sayang yang kuterima. Aku
mohon, jagalah aku malam ini, agar esok aku dapat bangun kembali dan menikmati
anugerah terindahmu. Amin" doanya, membatin.
& & &
Antonella tidak memiliki adik atau pun
kakak. Ia anak tungal dan perempuan satu-satunya di dalam keluarga mereka.
Ayahnya adalah seorang petani dengan status sosial yang penting di kampungnya.
Sedangkan ibunya hanyalah seorang wanita biasa yang hari-harinya adalah
mengurus rumah.
Sebagai keluarga terpandang di kampung,
Antonella selalu dididik oleh ayah dan ibunya untuk mandiri, berjuang dan
berani menghadapi segala tantangan yang ada.
Ayahnya adalah salah satu dari dua atau
tiga orang dengan kepemilikan tanha yang besar di kampungnya, karena itu
ayahnya sangat disegani oleh masyarakat. Meskipun demikian, ayah Antonella
tidak pernah mempraktikkan secara ekstrim sistem-sistem budaya yang kaku. Bagi
ayahnya, setiap manusia punya pilihan atas hidupnya. Sehingga apa pun yang diinginkan
dalam hidupnya jangan biarkan keadaan menjadikannya terkurung apalagi terpuruk
dan pasrah.
Konsep pemikiran ayah Antonella sedikit
lebih maju dari kebanyakan orang-orang tua di kampung mereka. Budaya yang
kental menjadikan kehidupan sedikit lebih lambat untuk dikatakan berkembang.
Adat membelenggu kemiskinan demi kemiskinan. Memupuk kekayaan demi kekayaan.
Sistem yang berakar dalam sejarah kapitalis dan feodal membuat mereka masih
berada dalam bayangan-bayangan itu. Akibat sistem feodal membagi manusia dalam
golongan-golongan kedudukan membuat mereka menjadi tuan atas Tuhan. Pembagian
kelas antara yang kaya, menengah dan miskin seakan-akan menjadikan status dan
kedudukan sosial menjadikan tuan atas penciptanya.
Sudah lama ditekan dengan konsep-konsep kaku
lalu dipraktikkan secara ekstrim. Melarang, menentang dan mengekang sepertinya
menjadi kosa kata yang sering didengar oleh anak-anak perempuan. Padahal hidup
terus berjalan, masa demi masa berlalu. Berbagai warna kehidupan telah datang
dan pergi. Musim demi musim berganti. Namun Biduk* masih saja sama, sebuah
kampung tanpa perubahan apa pun.
Situasi demi situasi yang dialami ayah
Antonella, membuat ia tak ingin memperkaya kosa kata anaknya dengan kata
"jangan, tidak boleh, diam atau kata-kata yang membatasi pilihan
hidupnya".
Sebagai anak perempuan, Antonella tahu
persis apa yang perlu ia lakukan. Sistem budaya yang mengikat perempuan dalam
konsep bahwa perempuan harus memasak, mengurus rumah, menyiapkan kopi atau teh
dan berbagai hal seperti yang dilakukan ibunya seakan-akan memaksanya untuk
terbiasa. Namun tidak jarang ia dimarahi oleh ayah dan ibunya.
"Hidupmu masih panjang. Masih harus
mengejar mimpi bukan mengurung mimpi dalam kepalamu. Ayah dan ibu tidak pernah
menginginkanmu untuk tetap seperti ayah dan ibu. Tugasmu adalah belajar dan
jangan berhenti bermimpi untuk sampai kepada apa yang kau inginkan", ucap
ayah dan ibunya berulang-ulang kali.
Antonella sadar betul bahwa ia ingin
menjadi seorang Penulis. Keinginannya ini selalu membuatnya betah berada di
perpustakaan sekolahnya. Membaca berbagai buku baik itu novel, artikel atau pun
koran. Tidak pernah sehari pun ia lewatkan waktunya tanpa membaca. Membaca
seperti menjadi adik dan kakak buatnya.
Antonella sadar bahwa ayah dan ibunya
menginginkan ia untuk menjadi seperti apa yang diinginkannya.
Ibunya pernah bertanya tentang apa yang
diinginkan Antonella dalam hidupnya. Ia pun menjawab aku ingin jadi penulis.
"jika ingin jadi seorang penulis,
jangan biarkan keadaan meremuk keinginanmu" kata ibunya.
Pada umumnya perempuan-perempuan di
kampungnya sudah banyak yang menikah di usia muda dan tidak sedikit yang
dijodohkan lalu kumpul kebo. Bagi kebanyakan orang-orang tua, perempuan tidak
jauh berbeda dengan barang. Karena itu, yang terpenting adalah bagaimana
orang-orang tuanya mendidik anaknya agar bisa menanak nasi, mencuci pakaian,
mengurus anak dan bagaimana menyiapkan diri saat memiliki suami.
Selain itu, perempuan-perempuan yang jika
tertangkap basah sedang berpacaran atau sedang berduaan dengan laki-laki di
tempat yang sepih dan sunyi, sulit untuk ditanyai soal kebenaran yang terjadi.
Karena itu, biasanya mereka langsung disuruh untuk menikah atau dijodohkan.
Ayah menjadi peranan penting dalam
kehidupan keluarga. Selain sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah, seorang
ayah berperan penting dalam memutuskan siapa laki-laki yang cocok dan pantas
untuk dijadikan pendamping hidup anak perempuannya. Cinta tidak didasari oleh
dua orang namun lebih sering, cinta menjadi paksaan oleh keberpihakan ego demi
meng-eksploitasi keinginan seorang ayah. Karena itu, Ayah selalu memegang
kendali atas hidup anak perempuannya.
Namun yang menyedihkan adalah tidak
sedikit Om* berperan penting dalam menentukan berapa jumlah mas kawin (belis)
yang perlu disiapkan oleh seorang laki-laki.
Kehidupan seorang perempuan seperti
mainan yang mudah didapatkan di pasar. Perempuan dieksploitasi demi
kepentingan-kepentingan tertentu. Karena itu ayah Antonella tak ingin anaknya
menanggung nasib seperti ibunya dan juga perempuan-perempuan seusianya yang
lain di kampung itu.
Antonella mengenang semua pengalamannya
di Biduk. Ceritanya cukup membuat buku hariannya basah. Ia menulis ceritanya
itu persis ketika usai membaca novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.
Novel yang hampir persis sama dengan pengalaman yang dialaminya. Perempuan
selalu tak diberi kesempatan, keinginannya diremuk oleh keadaan. Hanya saja
Antonella beruntung ia hidup di tengah keluarga yang ayah dan ibunya tak sekaku
dan seekstrim orang-orang tua temannya.
Ia membayangkan pahitnya penderitaan
teman-teman perempuannya di Biduk. Ia membayangkan bagaimana ibunya dulu ketika
dipaksakan untuk menikah dengan ayahnya. Bagaimana opanya menawarkan ibunya
kepada keluarga ayahnya. Lalu bagaimana Om" mamanya yang mendapatkan
keuntungan dari perjodohan ayah dan ibunya. Tanpa disadari bahwa mamanya tidak
pernah diperhatikan oleh Om mamanya sendiri (barangkali).
Mungkinkah perempuan hanya menjadi alat
pelengkap dalam kehidupan laki-laki? Perempuan memang rapuh, mungkinkah
kerapuhan perempuan adalah kelemahannya? Apakah karena konsep teologis dalam
kisah penciptaan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki,
sehingga laki-laki berhak untuk menguasainya? Apakah karena Hawa yang digodai
oleh ular untuk memetik buah terlarang dan menghasut Adam memetik buah
terlarang itu yang kemudian membuat Tuhan marah serta menjadikan sejarah dari
dosa asal, sehingga perempuam dianggap berdosa dan mudah digodai? Berbagai
pertanyaannya ini membuatnya diusir oleh dosennya saat masih berstatus
mahasiswa.
"Sungguh Tuhan tentunya tak sekejam
laki-laki, bukan? Namun seandainya Tuhan adalah laki-laki bisa jadi ia juga
sekejam itu", batin Antonella.
"Bukan, Tuhan bukan laki-laki.
Perempuan? Tidak! Lalu?" desah Antonella.
Pertanyaan-pertanyaan itu diam-diam
mengintainya dari berbagai sudut kamarnya. Ia memikirkan semua pertanyaan itu
sejak hari senin kemarin dan ini hari kelima sejak ia merasakan bahwa dirinya
sedang diintai. Begitu banyak mata yang mengintai dan ia tak berani keluar
menjawabinya. Sebab Antonella yakin ia akan diusir bahkan dianggap sebagai
perempuan tak taat adat dan iman.
Nitapleat, 2021.