SUATU MALAM TAK BERJUDUL
BUAT HIDUP KAYA BETUL
Nitapleat,
31 Agustus 2020. Malam hari.
Ada yang
harus bicara karena merasa memiliki rumah. Mengucapkan nama-nama masing-masing
supaya lebih memiliki diri, dikenal dan disapa. Di tempat sederhana seputar
taman 10 orang kelas II memperkenlakan diri lalu jujur dengan kesan akan
pengalaman ada dan tinggal di Wisma St. Arnoldus. “Satu kata untuk Nitapleat:
sunyi,” kata Fr. Aldo Sila dengan dialek Kefa yang khas.
|
Nitapleat itu 'sunyi,' celoteh Fr. Aldo Sila. |
|
Katanya, mereka sedang mengekspresikan ekspresi natural. |
Kelas
II sudah hampir dua bulan tinggal di Wisma Arnoldus. Malam ini dibuat semacam
penerimaan, tetapi kesan momen itu tidak terlalu jelas. Penerimaan macam apa.
Tidak ada pita yang harus digunting dan tidak ada selendang yang harus
dikalungkan. Namun budaya mengajarkan rasa hormat dan pengakuan akan yang lain
bahwa mereka ada dan harus diberi ruang untuk ada bersama sebagai sama saudara.
Karena itu dalam rasa persaudaraan acara makan malam bersama di akhir bulan
menyatakan juga diterimanya mereka sebagai bagian dari komunitas; sama saudara
serumah tinggal.
Sama
saudara kelas II hadir di Wisma Arnoldus sebagai anggota unit baru. “Kami masih
baru di sini. Karena itu kami masih harus belajar mengenal dan menyesuaikan
diri lebih baik lagi,” kata Fr. Is Patut. Kehadiran teman-teman kelas II akan
memperkaya situasi formasi di rumah ini. Mereka hadir dengan latar belakang
kreativitas intelektual yang berbeda yang memungkinkan percakapan baru dan
menambah rasa bahagia.
|
Siap untuk belajar hal-hal baru di sini. Senyum itu membuktikan. |
Malam
itu suatu malam tak berjudul. Momen tanpa tema. Namun ia bukan anonim karena ia
diarayakan dalam suasana saling mengerti bahwa yang tanpa judul sanggup
menciptakan perikop baru yaitu persaudaraan yang diakui terus menerus. Mereka
yang datang bukan person asing, melainkan saudara, konfrater, teman, sahabat.
Mereka
telah datang dan berumah. Hampir tak ada yang kurang. Memiliki ruang dan tidur
di kamar yang cukup sempurna. Raga punya tempat teduh yang baik. Namun itu
belum tentu menjadi rumah bagi pikiran. Apakah pikiran dan hati saya nyaman di
tempat ini? Sebuah hati di jalan sunyi bertanya. Di rumah ini Anda perlu banyak
belajar untuk membangun rumah pikiran dan berjuang merancang kemah bagi hati
agar tinggalmu adalah berada dan mengada dalam seluruh totalitas sebagi subjek
yang dipanggil dan sedang belajar mencari yang benar di jalan filsafat.
Suatu malam tak berjudul. Kita harus membuatnya
memiliki judul.
(ES,
6 September 2020)
No comments:
Post a Comment