MAWAR II
(YR06)
Setelah lama aku menyiram bunga mawar itu dalam kebisuan, kini tiba saatnya aku mencoba menyiram bunga itu dalam ungkapan dengan menggunakan air kerinduan yang selama ini aku bendungkan dalam hatiku. Dan karena kini aku melihat bahwa bendungan hatiku sudah tidak mampu lagi menahan air cinta yang dari hari ke hari terus mengalir dari dalam hatiku, maka aku memberanikan diri untuk mengalirkan air cinta itu ke dalam pot bunga yang sudah lama aku kagumi dalam kebisuan.
Aku menyadari bahwa ini memang suatu tindakan yang membutuhkan tenaga yang ekstra, karena itu aku mesti membutuhkan jiwa yang kuat, agar apabila air yang kusiramkan tidak dapat membasahi bunga itu, maka aku tetap mampu mengaguminya dalam kesakitan hati.
Dan tepat pada pukul 10;00, aku memberanikan diri mengalirkan isi air cinta yang ada dalam hatiku ke dalam pot bunga itu. Dan saat mengalirkan air itu, ada rasa cemas yang lahir dari dalam hati, karena takut-takut jika pot bunga mawar itu tidak merasa nyaman saat menerima air cinta dari dalam hatiku.
Tidak ada keromantisan saat air cinta itu aku alirkan ke dalam pot itu, karena air cinta itu aku alirkan via telefon. Meski demikian, aku tetap memberanikan diri untuk mengalirkannya. Selain karena via telefon, tetapi juga karena aku adalah seorang pria yang tidak pandai menyusun kata dengan indah dan tidak pandai merangkai paragraf menjadi sebuat kata, yaitu romantisme. Karena itu rasa cemas dari dalam rahim hatipun lahir.
Namun, betapa bahagianya hatiku, saat air cinta yang aku alirkan itu diterima dengan baik olehnya. Aku merasa lega, karena bendungan air cinta yang ada dalam hatiku kini telah aku alirkan ke dalam pot bunga mawar itu. Dan kini jiwa tidak hanya sekedar mengagumi dalam kebisuan dan merindukan dalam diam, tetapi sekarang, mencintainya dalam keterbukaan dan merindukan dalam ungkapan.
|
Sumber: Valentino Luis |
'Nu, jujur dari dalam hati yang paling dalam ew, kalau saya sebenarnya telah jatuh cinta dengan ite', kataku memberanikan diri saat bertelefon dengannya di malam sepi itu.
"Sejak kapan ite jatuh cinta dengan saya?", tanyanya, karena ia tahu bahwa selama ini saya sering ganggu dia, tetapi mungkin dia merasa lain dengan kata-kataku malam itu, karena itu ia bertanya sejak kapan.
'Aku tidak bisa katakan bahwa aku jatuh cinta den ite sejak awal perkenalan karena itu tidak dapat menjadi alasan yang kuat buat aku jatuh cinta den ite. Aku katakan bahwa aku jatuh cinta den ite sejak di pertengahan perkenalan dan selama perjalanan hubungan sebagai sahabat', jawabku dengan jujur.
Memang aku adalah seorang pria yang dikenal sebagai orang yang suka main gila dan omong kosong banyak, tetapi malam itu, aku benar-benar jujur dan tidak ada tipu muslihat yang lahir di sana. Yang ada hanyalah sebuah kepolosan hati untuk berkata jujur.
"Terus apa alasannya ite mencintai saya?" Tanyanya, karena ia tidak mau cinta itu cepat bermekar, tetapi juga cepat gugur. Ia menanyakan suatu kepastiaan.
'Karena aku melihat bahwa ite itu, orangnya jujur, dewasa, terbuka dan masih banyak hal lainnya yang tidak dapat kuungkapan lewat kata-kata, dan yang lain itu masih berproses jika kita berpacaran", jawabku dengan jujur.
"Terus bagaimana sekarang?" tanyanya lagi.
Pertanyaan ini, sedikit membuat hatiku bergelora, karena aku tahu bahwa pasti ia mau menerima cintaku.
'Tergantung ite sa, karena keputusan akhirnya ada di tangannya ite. Intinya, aku sudah ungkapkan apa yang ada dalam hatiku. Dan aku tidak mau memaksa agar ite menerimaku sebagai pacar. Karena kalau dipaksa, maka itu bukan namanya cinta yang tulus, tetapi cinta karena keterpaksaan', jawabku pasrah.
"Iya, saya mau, tetapi harus serius, karena saya tidak mau terluka karena cinta", katanya.
'Trims, aku akan berusaha untuk merawat cinta kita dengan penuh tanggung jawab, agar ite tidak terluka.' Jawabku dengan tegas.
Sejak malam itu, bunga mawar telah aku tanamkan dalam pot hatiku dan dari ke hari aku terus menyiramnya dengan air kerinduan dan kesetiaan agar ia dapat bertumbuh dan berkembang dengan kenyamanan dalam hatiku.
Aku telah berjanji padanya untuk tidak akan lupa menyiramnya dengan rasa tanggung jawab serta tidak memangkas ranting cintanya yang terus berkembang. Dan aku terus membiarkan aroma bunga cintanya mengekespresikan kemekaran kebahagian pada semua orang.
Semuanya itu aku lukisan dengan tinta keabadian di atas kertas emas kemurnian, agar cinta kami terus bermekar dengan penuh kebahagiaan. Karena kebahagian itulah yang sedang kami rajuti bersama dan diperjuangkan. Agar kelak cinta itu tidak dapat gugur, tapi ia selalu bertumbuh dan berkembang dengan penuh kesetiaan dan tanggung jawab, hingga ia bermekar kebahagian, dan orang di sekitar pun dapat mencium aromanya dengan sukacita.
Dari hari ke hari, kami terus saling menyiram kesetiaan dan tanggung jawab dengan air kerinduan, agar cinta itu terus bermekar.
'Selamt pagi cin', sapaku suatu pagi, kebetulan waktu itu aku tidak ada kesibukan dengan kuliah, sehingga aku dapat menyapanya pagi-pagi.
"Juga yang", sahutnya lewat chattingan di WA.
'Cin, apa kbr?'
"Baik sa yang, kalau yang?
'Baik sa ju cin. Cin saya pamit pi cuci pakian dulu ew.
"Oh, iya yang, semangat ya". Kata semangat yang lahir dari bibirnya itu membuat aku semakin mencintainya.
Panggilan cin dan yang ini menunjukkan bahwa kami berdua menginginkan agar cinta yang ada dalam hati kami berdua tersus bermekar hingga menjadi rindang nan indah dan bunganya terus mekar dengan kebahagaian. Tetapi terkadang juga, selain panggilan cin dan yang itu, ada juga panggilan lain yang cukup kami berdua yang tahu artinya.
Panggilan kode itu muncul saat kami bercanda dalam kemesraan bahagia akan cinta yang terus bermekar itu. Dan hampir setiap hari, kami selalu memberikan kabar terhadap satu sama lain, meski hanya lewat media, tetapi kami tetap merasakan kasih dan sayang.
Dengan tumbuhnya bunga cinta itu dalam hati kami berdua, kami pun terlepas dari borgol kesendirian, dan kini kami terikat dalam tali percintaan, bukan tali kebencian. Kami berdua percaya bahwa tali percintaan itu tidak boleh diputuskan oleh siapa pun, karena itu kami berkomitmen untuk menjaganya dengan kesetiaan dan tanggung jawab, serta keterbukaan. Karena kami menyadari bahwa cinta itu akan terus bermekar jika memiliki komitmen yang pasti dan bisa dijaga hingga ia terus mekar dalam kebahagian
Cinta yang kami bangunkan itu bukanlah sebuah cinta yang lahir karena paras, tetapi cinta yang lahir karena ketulusan hati untuk menerima diri kami masing-masing dengan penuh kebahagian. Apapun yang ada dalam diri kami berdua, akan kami terima itu dan tetap jalani kehidupan cinta kami dengan tulus.
Karena bagi kami bahwa cinta yang lahir dari ketulusan hati seperti itu akan menjadi penopang bagi perjalanan cinta kami, sedangkan cinta yang lahir karena parasnya indah akan cepat runtuh. Dan salah satu kunci cinta kami agar tetap bertahan adalah menaruh sebuah kepercayaan yang tulus kepada pasangan. Saling menegur dan menasihati satu sama lain juga merupakan dinding cinta yang kami pasangkan pada tembok kesetiaan. Karena dengan itu, cinta kami akan selalu berdiri kokoh, walaupun ada banyak serangan kecemburuan dari luar dan banyak anak panah kecurigaan yang selalu mengarah pada jiwa kami berdua.
Note:
Nu: Sapaan yang biasa dilontarkan kepada seorang perempuan yang berasal dari manggarai, yang berarti saudari.
Ite: Sapaan paling sopaan dari orang Manggarai terhadap sesama. Kata Ite, kalau diterjemahkan dalam bahasa indonesia adalah Engkau.
No comments:
Post a Comment